Disusun oleh
Abdullah bin Muhammad As Salafi
Bagian Keenam dari Tigabelas Tulisan 6/13
Rafidhah
mendakwakan kema’suman (terjaga dari dosa) bagi para imam, dan
bahwasanya mereka mengetahui hal ghaib. Dinukil oleh Al Kulaini dalam
Usulul Kafi : “Telah berkata Imam Ja’far as Shodiq : “Kami adalah
perbendaharaan ilmu Allah, kami adalah penterjemah perintah Allah, kami
adalah kaum yang maksum, telah diperintahkan untuk menta’ati kami, dan
dilarang untuk menentang kami, kami adalah hujjah Allah yang kuat
terhadap siapa yang berada di bawah langit dan di atas bumi†[1].
Al
Kulaini meriwayatkan di Al Kafi : Bab “Sesungguhnya para imam, jika
mereka berkehendak untuk mengetahui, maka mereka pasti mengetahuinyaâ€.
Dari Jafar ia berkata : “Sesungguhnya Imam jika ia berkehendak
mengetahui, maka ia pasti mengetahui, dan sesungguhnya para imam
mengetahui kapan mereka akan mati, dan sesungguhnya mereka tidak akan
mati kecuali dengan pilihan mereka sendiri.†[2]
Khumaini yang
celaka menyebutkan – dalam salah satu tulisannya bahwa para imam lebih
afdhal (mulia) dari para nabi dan rasul, ia berkata - semoga Allah
menghinakannya : “Sesungguhnya imam-imam kita mempunyai suatu
kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang didekatkan, dan
tidak pula oleh nabi yang diutus†[3].
Syeikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata : “Orang Rafidhah mendakwakan sesungguhnya agama ini
diserahkan kepada pendeta-pendeta dan rahib-rahib, maka yang halal itu
adalah yang dihalalkan mereka, dan yang haram itu adalah yang diharamkan
mereka, serta agama itu adalah apa yang mereka syariatkanâ€. [4]
Jika
pembaca ingin melihat kekufuran, kesyirikan dan ghuluw (sikap
berlebih-lebihan mereka) –semoga Allah melindungi kita- maka bacalah
syair-syair yang diungkapkan oleh syaikh mereka zaman sekarang ini yaitu
Ibrahim Al Amili, terhadap Ali bin Abi Thalib –semoga Allah meridhai
Ali- :
Abu hasan, engkaulah hakikat Tuhan (yang diibadati),
dan alamat kekuasaan-Nya yang tinggi.
Engkaulah yang menguasai ilmu ghaib,
maka mungkinkah tersembunyi bagimu akan sesuatu yang hasul.
Engkaulah yang mengendalikan poros alam,
Bagimu para ulamanya yang tinggi.
Bagimu amar (urusan) bila engkau menghendaki, kau menghidupkan besok,
bila engkau menghendaki kau cabut ubun-ubun.
Ali bin Sulaiman Al Mazidi mengutarakan syairnya dalam memuji Ali bin Abi Thalib :
Abu Hasan engkaulah suami orang yang suci,
Dan (engkaulah) sisi tuhan yang diibadati serta jiwa rasul.
Dan (engkaulah) pernama kesempuranaan dan matahari akal,
(engkau) Hamba dari tuhan, dan engkaulah yang Maha Raja.
Engkau dipanggil oleh nabi di hari kadir,
Dan telah menaskan atas dirimu sesuai dengan kejadian Ghadir
Bahwasanya engkau bagi kaum mukminin adalah amir (pemimpin),
dia telah mengkalungkan kepadamu buhul kekuasaannya.
Kepadamulah kembalinya seluruh perkara,
dan engkaulah yang maha mengetahui dengan kadungan dada.
Engkaulah yang akan membangkitkan apa yang ada dalam kubur
Bagimulah pengadilan hari kiamat berdasarkan kepada nas.
Engkaulah yang maha mendengar dan engkaulah yang maha melihat
Engkau atas setiap sesuatu maha mampu.
Kalaulah tidak karena engkau, pasti bintang tidak berjalan
Kalaulah tidak karena engkau, pasti planet tidak berputar.
Engkaulah, dengan setiap makhluk mengetahui,
Engkaulah yang berbicara dengan ahli kitab.
Kalaulah tidak karena engkau, tidak mungkin musa
akan diajak berbicara, Maha suci Dzat yang telah menciptakanmu
Engkau akan melihat rahasia namamu di jagat raya,
Kecintaan terhadap dirimu seperti matahari di atas kening.
Kebencian terhadap dirimu di wajah orang yang membenci,
Bagaikan peniup api, maka tidak akan beruntung yang membencimu.
Siapa itu yang telah ada, dan siapa itu yang ada,
Tidak para nabi dan tidak (pula) para rasul,
Tidak (pula) qalam lauh dan tidak (pula) alam semesta,
(kecuali) Seluruhnya adalah hamba-hamba bagimu.
Wahai Abu Hasan wahai yang mengatur wujud,
(wahai) goa orang yang terusir, dan tempat berlindung pendatang.
yang memberi minum pengagungmu pada hari berkumpul (hari kiamat).
orang yang mengingkari hari berbangkit, adalah orang yang mengingkarimu.
Wahai Abu Hasan wahai Ali yang gagah.
Kesetiaan padamu bagiku di dalam kuburku sebagai tanda penunjuk,
Namamu bagiku dalam keadaan sempit merupakan lambang
Dan kecintaan kepadamu adalah yang memasukkanku ke dalam surgamu
Dengan lantaran dirimu kemulian yang ada pada diriku.
Bila datang perintah Tuhan yang Maha Mulia
Menyeru penyeru, berangkat-berangkat (kematian-kematian).
Dan tidaklah mungkin engkau akan meninggalkan orang yang berlindung denganmu.
Apakah
syi’ir seperti ini diucapkan oleh seorang muslim yang memeluk agama
Islam?, Demi Allah, bahkan sesungguhnya orang-orang jahiliyah (Kafir)
sekalipun belum pernah jatuh dalam kesyirikan dan kekufuran, terlalu
muja-muji/ghuluw seperti yang diperbuat oleh orang rafidhah celaka ini.
[5]
[Disalin dari kitab Diantara Aqidah Syi'ah, Disusun oleh
Abdullah bin Muhammad As Salafi, Diterjemahkan oleh Abu Abdillah
Muhammad Elvi Syam, Lc.]
_________
Foote Note
[1] Usulul_Kafi,
hal : 165. (mari kita simak apa firman Allah yang menerangkan tentang
sifat nabi Muhammad, Allah berfirman dalam surat Al An’am ayat 50 :
(artinya) : “Katakanlah : “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengatakan yang
ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang
malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku..â€(pent).
[2] Usulul_Kafi, di dalam kitabul Hujjah :
(1/258). (mengetahui mati dan di mana akan mati itu adalah rahasia yang
tidak diketahui kecuali hanya Allah semata, Allah berfirman dalam surat
Lukman ayat 34, (artinya) : “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya
sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan
hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yagn
dapat mengetahui (denga pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahi lagi Maha Mengenal.†(pent)
[3]
Hukumatul Islamiyah, Khumaini, (berarti para imam mereka lebih mulia
dari Rasulullah sendiri, apakah perkataan seperti ini boleh keluar dari
mulut seorang muslim yang memeluk agama Islam???? pent)
[4] Minhajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah (1/482).
[5]
Penterjemah melihat sendiri bagaimana cara mereka membaca syair-syair
di kuburan baqi’ (madinah), dibacakan dan dinyanyi-nyanyikan oleh
kepada regunya, yang lain menangis dan merapat seperti orang Yahudi
meratap di depan dinding mesjid Aqsha.
Jumat, 19 Oktober 2012
artikel tentang as-sunnah abdullah bin muhamad
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar