Belajar dari kerasnya kehidupan dan sulitnya mendapatkan pekerjaan di
Ibu Kota, dimanfaatkan Rusmiati dengan menekuni bisnis sangkar burung.
Berkat kerja kerasnya, kini omzet bisnisnya mencapai Rp3 juta per hari.
Siapa
sangka, wanita berpenampilan sederhana dan berkacamata tersebut adalah
seorang pebisnis ulung.Jatuh bangun dan sulitnya mendapatkan pekerjaan
di Jakarta telah dilaluinya dengan lapang dada. Kisah sukses wanita
berdarah Betawi itu memang berliku.Karena untuk menggeluti bisnis
sangkar burung yang telah memberikan penghasilan yang memadai, tidak
didapatkannya dengan mudah.
Sebelum
menggeluti bisnis sangkar burung di kawasan Pasar Burung
Pramuka,Rusmiati adalah seorang buruh pabrik yang setiap hari bekerja
dengan jadwal yang ketat. Pergi pagi dan menjelang malam,baru kembali
pulang.Itu dijalaninya hingga bertahun-tahun. Lelah dengan kehidupan
sebagai buruh pabrik, Rusmiati akhirnya mengundurkan diri. Dari
tempatnya bekerja, Rusmiati mendapatkan pesangon sebesar Rp600.000. Dia
bingung dengan kebutuhan yang harus dipenuhi, sedangkan uang yang ada
hanya Rp600.000.Rusmiati pun mulai berpikir menggeluti bisnis. Dia
memulainya dengan bisnis kecil-kecilan, yaitu berjualan pakan burung
dengan gerobak dorong alias pedagang kaki lima.
Dengan
dana pesangon yang dimilikinya, wanita kelahiran 1 Januari 1959 di
Jakarta tersebut kemudian membeli pakan burung untuk modal awal
berjualan. Pakan burung menjadi pilihannya karena rumahnya yang dekat
dengan Pasar Burung Pramuka. Setiap hari, sejak mengundurkan diri
sebagai buruh pabrik, Rusmiati mendorong gerobak jualannya menuju Pasar
Pramuka. Selama bertahun- tahun lakon sebagai pedagang kaki lima
dijalaninya dengan sabar.“Pernah ketika berjualan sebagai pedagang kaki
lima, saya digusur dan ditangkap Kamtib.Semua jualan saya juga dibawa,”
tutur Rusmiati disela-sela waktu berjualan di toko miliknya di kawasan
Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Beberapa kali digusur dan ditangkap
Kamtib, sekarang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP),Rusmiati tidak
pernah putus asa.
Barang-barang
yang telah dibawa Kamtib ditebusnya. Setelah itu, ibu dari dua orang
anak tersebut melanjutkan kembali berdagang kecil-kecilan dengan gerobak
dorongnya. Berkat kesabaran dan ketelatenan menggeluti bisnis tersebut,
Rusmiati dapat menabung dan mengumpulkan uang untuk menyewa sebuah
kios. Dari kios tersebut, Rusmiati mengembangkan bisnisnya dengan
berjualan sangkar burung. Berbagai jenis sangkar burung bisa dibeli di
tokonya. “Waktu itu, pada tahun 1989 masih sepi. Orang yang berjualan
sangkar burung hanya dua,saya dan satu lagi orang Padang,” ungkapnya.
Ide berjualan sangkar burung pertama kali dilakukannya dengan menjual
sangkar burung miliknya di rumah.
Ternyata
peminatnya sangat besar. Itu membuat Rusmiati mulai mencari tempat
produksi sangkar burung dan memesan khusus untuk mengisi kios miliknya.
“Keuntungannya,lumayanlah. Karena satu hari kalau sedang ramai, kami
bisa menjual sampai 10 sangkar burung,” paparnya. Harga sangkar burung
yang dijual di kios miliknya, sangat bervariasi. Untuk sangkar burung
jenis perkutut, Rusmiati mematoknya dengan harga Rp50.000–Rp400.000.
Begitu pula dengan jenis sangkar burung seperti kenari,parkit,dan
tekukur. Semakin besar dan semakin cantik desain sebuah sangkar,
harganya pun semakin mahal.“Kalau yang benarbenar bagus, sangkarnya bisa
jutaan rupiah,”ujarnya.
Dari
tahun ke tahun, bisnis sangkar burung yang digeluti Rusmiati semakin
maju.Wanita berkulit sawo matang tersebut akhirnya bisa memenuhi semua
kebutuhan rumah tangganya.Dia bisa membeli rumah sendiri, mobil, dan
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Selain itu, Rusmiati juga bisa
membeli sebuah toko di Bekasi. Rencananya, toko di Bekasi mau
dijadikannya cabang toko sangkar burung.Namun, karena kesibukan di Pasar
Burung Pramuka, Rusmiati akhirnya memutuskan toko tersebut dikontrakkan
saja. “Dijadikan untuk investasi saja yang di Bekasi,” cetusnya. Dengan
semakin lancarnya bisnis sangkar burung,Rusmiati mulai melirik bisnis
kandang binatang lainnya. Sekarang di kios miliknya bisa ditemukan aneka
kandang. Ini mulai dari kandang kucing, kandang anjing, hingga kandang
hamster.
“Kadang
ada saja yang dating ke kios kami untuk menawarkan kerjasama jual
kandang. Karena peluangnya bagus,kami terima saja,”tutur-nya polos.
Selama
menekuni bisnis sangkar burung dan memiliki kios sendiri,Rusmiati
menga-ku tidak menemukan kendala berarti. Sejak memiliki kios sendiri,
dirinya sudah tidak pernah ditangkap Satpol PP. “Kalau sekarang sudah
enak.Kami tidak pernah dikejar-kejar lagi oleh keamanan,” tuturnya.
Tidak
lari gunung dikejar, itulah moto Rusmiati dalam menggeluti bisnis
sangkar burung di kawasan Pasar Burung Pramuka. Setelah memiliki kios
sendiri, dirinya tidak mau ngoyo berusaha.
Karena
menurutnya rezeki sudah ada yang mengatur, tinggal berusaha.Keyakinan
itulah yang membuat Rusmiati tetap menekuni bisnis sangkar burung hingga
bertahun-tahun. Dikatakan Rusmiati, jika masa-masa pasar sepi dan tidak
banyak pembeli yang datang. Rusmiati tidak berkecil hati .Karena kios
miliknya memilik pelanggan dari berbagai kota di Indonesia.
Pelangganbiasanya datangdariMedan(Sumatera Utara),Padang (Sumatera
Barat) dan Lampung.“Jadi kalaupun sepi pembeli di Jakarta,kita masih
banyak langganan di daerah,”ujarnya.
Pelanggan
yang datang, lanjutnya, bahkan membeli sangkar dan kandang hewan
lainnya untuk dibawa ke daerah masing-masing. Setelah di daerah
habis,maka pelanggan akan datang lagi dan membeli kembali di
kiosnya.“Jadi kita tidak pernah khawatir tidak ada pembeli,”tegasnya.
Setelah
berhasil menjaring pelanggan hingga ke daerahdaerah, Rusmiati bukan
tidak berminat untuk mencoba mengembangkan bisnis sangkar burung ke
bisnis lainnya.Rusmiati bahkan pernah menekuni bisnis celana jeans untuk
dipasok ke daerah-daerah khususnya Sumatera. Awalnya bisnis tersebut
lancar dan memberikan keuntungan bagi dirinya dan keluarga. Namun ketika
bisnis itu lancar dan sudah mendapatkan pasar tetapnya,Rusmiati ditipu
oleh karyawannya sendiri.
Kerugian
yang dideritanya bahkan mencapai Rp50 juta untuk satu kali pengiriman
barang ke Sumatera. Setelah itu, Rusmiati memutuskan untuk tidak lagi
menekuni bisnis celana jeans.Karena menurutnya rawan penipuan.
Sumber: http://economy.okezone.com
Sumber: http://economy.okezone.com
0 komentar :
Posting Komentar